Berita sidikkasus.co.id
Jakarta – Barangkali presidential election (Pemilihan Presiden) 2020 di Amerika Serikat berbeda kasus dengan kasus Florida tahun 2000 silam.
Peneliti politik Amerika Jerry Massie mengkrtik pernyataan profesor Aubrey Jewett, seorang profesor ilmu politik dari Universitas Florida bagian Tengah yang menyatakan kasus tahun ini berbeda dengan tahun 2000 lalu.
Jerry menilai ini bagian intimidasi politik agar Trump tak membawa ke ranah hukum, seperti dikatakannya pada Rabu, 11/11/2020.
Contoh kongkrit di Wisconsin 2016 silam. Awalnya, Trump kalah dan diajukan recount baik dari Jill Stein dari partai hijau dan secara evidensia Trump menang.
“Di negara bagian ini adalah tempat lahirnya partai Republik pada tahun 1858, dipersoalkan terkait 20 ribu suara. Tapi dari tim Trump harus membayar 2 Juta dollar dari $3,5 juta,” kata Jerry.
“Secara legal standing and morality saya nilai Trump sudah benar. Dirinya mau penghitungan suara legal count bukan ilegal count. Contoh, dugaan pembuangan 200 ribu suara di Michigan dan ribuan pemilih ilegal di Arizona sampai laporan di Rhode Islands. Wilayah ini kan basisnya Partai Republik, nah secara bukum Supreme Court yang akan menjawab. Menurut Barry Richard pengacara George Bush yang dipersoalkan suara rusak, tapi ini kan 2 sistem pemilihan yakni lewat pos dan langsung,” kata Jerry.
Jadi dengan menggunaakan aturan baru yang secara aspek probabilitas election pasti terjadi error and mistake, misalkan pengelembungan sampai ke suara ganda.
Yang kuasai senat partai republik, tak mungkin mereka tinggal diam.
Selanjutnya, jika mau honest and fair presidential election (pemilihan presiden yang jujur dan adil) jika di komplain dan meminta penghitungan ulang contoh di Georgia di bawah 1 persen dan Wisconsin di bawah 0,5 persen di tanggung federal setempat dan selisih disana sekitar 0,7 persen. Beda dengan Nevada yang mana petahana dan penantang membawanya ke Mahkamah Agung di negara bagian itu,” kata Jerry.
Masalah gugatan hukum tak perlu diributkan, menggunakan rumus sebab- akibat tak mungkin tak ada sebab. Menurut Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell saat berpidato di Kentucky, dia melihat Wakil Presiden Gore menguras sistem hukum dan menunggu untuk menyerah sampai Desember.
Saya setuju dengan pernyataan mantan Capres Partai Republik 2016 lalu dan senator di Florida Marco Rubio yang mengungkapkan dan terus ada akibat. Salah satu cara agar pemilu ini dapat diterima secara luas, yang kami butuhkan adalah melalui proses pasca pemilu baik Demokrat dan Republik telah menggunakan undang-undang.
Jerry sempat melontarkan kritikan terhadap sejumlah profesor politik yang terlalu apatis dan skeptis.
“Mereka hanya mlihat proses yang terjadi tanpa membaca terjadi “fraud and cheating” atau tidak. Politik itu segala cara akan dilakukan untuk mencapai puncak. Saya sudah analisis dan kaji jauh-hauh ini selain pemilihan ulang, maka akan di bawah ke Supreme Court,” katanya.
Ada menang belum tentu menang, begitu pula kalah belum tentu kalah. Misalkan, pemilihan di Nebraska dan Maine dari 4 Electoral College 3 diberikan pada pemenang dan satu jatah kepada yang kalah. Jadi winners takes-all-system in every state tak berlaku di dua negara bagian ini. Kalau New York 29 electoral college dan Texas 38 maka yang kalah tak dapat kursi. Panitia pemilihan di Michigan Georgia dan lainya dari Partai Demokrat jadi wajar jika ada permainan.
Saya nilai bisa saja terjadi kejutan di Supreme Court lantaran 6 dari konservatif dan 3 dari liberal. Publik perlu menunggu sampai proses gugatan hukum selesai. Presiden Rusia Vladimir Putin belum menyampaikan ucapannya kepada Joe Biden dia pun menunggu sampai acara “Innaguration”. (*)
Komentar