Berita. Sidikkasus.co.id.
Agam sumbar – Palembayan Agam Provinsi Sumatera Barat, dimana 115 tahun yang lalu, di tepi bukit di daerah Palembayan Tangah, persisnya di rumah gadang pasukuan Simabua Dt. Majolelo, lahir seorang anak bernama Adenan. 13 tahun lalu, gelar anumerta disematkan kepadanya, sebagai tanda telah berjasa bagi kepentingan bangsa dan negara.
Sosok yang kemudian dikenal dengan AK Gani atau Adenan Kapau Gani merupakan seorang Pahlawan Nasional. AK Gani dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 068/TK/Tahun 2007 pada 6 November 2007.
AK Gani dikenal sebagai politikus yang cerdas dan andal semasa hidupnya. Bahkan, Sir Clark Kerr, utusan Inggris yang menjadi penengah pada perundingan Indonesia-Belanda menjulukinya The Great Smuggler of South East Asia (Penyelundup Terbesar se Asia Tenggara).
AK Gani juga termasuk saksi hidup sekaligus bagian dari para pelaku sejarah yang merasakan langsung pahit getir dunia politik Indonesia sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Kiprah AK Gani mulai tercatat di lembaran sejarah ketika turut membantu terselenggaranya Kongres Pemuda pada Oktober 1928, ketika bersekolah di STOVIA-Jakarta yang kemudian dilanjutkan ke Algemeene Middelbare School (AMS).
Namun, tak banyak yang tahu apa yang terjadi pada rentang waktu 1905-1928. Menyibak hal tersebut, Sabtu (7/11/2020) tim media menyambangi salah satu rumah di Kecamatan Palembayan, yang konon menjadi saksi bisu lahirnya pejuang militer yang juga bergelar dokter itu.
Rumah semi permanen yang terletak di Lerang, Jorong Palembayan Tangah, Nagari Palembayan, Kecamatan Palembayan itu merupakan tempat kelahiran AK Gani, pada 16 September 1905 silam.
Lokasi rumah itu berada sekitar 3 Kilometer dari Masjid Raya Palembayan atau 5 Kilometer dari Kantor Camat Palembayan. Kontur tanah di lokasi tersebut sedikit mendaki atau berada di lereng perbukitan.
“Dulunya nama daerah ini adalah Kampuang Lereang, karena berada di lereng bukit, tapi sekarang menjadi Lerang asal katanya lereng, tapi ada juga yang menyebut daerah ini rumah gadang,” ujar Kepala Jorong Palembayan Tangah, Vero.
Lebih lanjut dijelaskan Vero, pada tahun 2019, Dinas Sosial Kabupaten Agam melakukan pemugaran terhadap rumah kelahiran Pahlawan Nasional itu. Bentuk dan desain rumah sengaja dipertahankan sebagaimana aslinya dulu.
“Jika tidak pandemi Covid-19, rencananya di halaman rumah ini akan dibikin patung AK Gani,” sebut Vero.
Memang tak banyak yang tahu, bahwa rumah yang lokasinya agak tersuruk itu merupakan bagian penting dari sejarah dan nama besar mantan bupati pertama Palembang-Sumatera Selatan dan sosok yang menjadi koordinator pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatera itu.
Namun, Zulkarnain St. Mudo (82) mantan Kepala Jorong Palembayan Tangah di tahun 1980an, masih memiliki memori tentang sosok AK Gani dan keluarga.
Bahkan, pada tahun saat ia masih berada di bangku kelas 5 Sekolah Dasar, Zulkarnaen sempat bertemu dengan AK Gani di Palembang.
“Ayah saya kan Kepala Jawatan Sosial di Palembang, jadi akses bertemu beliau bisa lebih mudah, saat itu beliau menjabat menteri,” kenangnya.
Seingat Zulkarnaen, sosok AK Gani bagi masyarakat Palembang begitu diagungkan. Dikatakannya, saat itu AK Gani mempunyai semacam lembaga sosial tempat masyarakat berobat secara gratis.
Zulkarnaen pun mengakui, dahulunya sebagian masyarakat di Palembayan Tangah banyak pergi merantau ke Palembang-Sumatera Selatan, termasuk orang tuanya. Soal pengejaan nama Palembayan dan Palembang yang hampir mirip dirinya mengaku sama sekali tidak tahu temalinya.
“Dengan AK Gani ini hubunganya sama-sama orang sekampung, satu kaum, sama-sama dari Palembayan,” ucap tetua pasukuan Simabua itu.
Sementara itu, Usman Kari Sutan (79) yang juga tetua di kaum suku Simabua mengatakan, berdasarkan keterangan yang ia terima, ayah dari AK Gani bernama Abdul Gani St. Mangkuto dan ibunya bernama Siti Rubayah. Ayahnya berasal dari Sungai Taleh, Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan.
Diutarakan, AK Gani merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Kakak tertuanya bernama Siti Rohana, kemudian adik laki-laki AK Gani bernama Rusdi dan yang paling bungsu bernama Siti Maya.
“Kami sering mendengar cerita dari Mak Tuo Rohana, tapi saya sudah banyak yang lupa, sekarang mereka semua sudah tidak ada,” katanya.
Sebelum dipugar, rumah kelahiran AK Gani sempat ditempati oleh almarhum keponakan AK Gani yang bernama Bob. Diceritakan perawakan Bob persis sekali dengan AK Gani.
“Iya ini mirip sekali sama mediang Bob, keponakan beliau yang tinggal di sini dulu, mirip-mirip bule,” ujar Usman saat diperlihatkan potret masa muda AK Gani.
Cerdik Pandai dari suku Simabua, Answir, S.Pd Sidi Majolelo membenarkan ihwal tanah asal AK Gani adalah Palembayan. Selain rumah kelahiran tersebut sebagai bukti, Mushala Rumah Gadang yang berada persis di samping rumah itu merupakan tempat mengaji Adenan kecil.
“Mushala ini tempat dulunya AK Gani mengaji semasa kecil, bentuk bangunannya sudah beberapa kali dirombak, dulunya dua tingkat, kemudian di belakang mushala ada Rumah Gadang Suku Simabua ada 14 ruangan, sekarang rumah itu sudah tidak ada,” ungkap Kepala SMPN 1 Palembayan itu.
Answir mengakui memang tak banyak catatan sejarah mengenai masa kecil AK Gani. Bahkan masyarakat setempat tidak tahu persis alasan dan kapan orang tua AK Gani pergi merantau.
Dari banyak literatur, alasan AK Gani hijrah ke rantau adalah mengikuti orang tuanya yang merupakan seorang guru di Kapau. Kemudian AK Gani disekolahkan oleh orang tuanya di sekolah milik Belanda, yakni Europeesche Lagere School (ELS) sekolah setingkat SD di Bukittinggi.
Konon, ELS Bukittinggi sekolah setingkat sekolah dasar milik Belanda. Konon Wakil Presiden Pertama Indonesia, Mohamad Hatta juga jebolan sekolah tersebut.
Versi yang diterima Answir, alasan AK Gani meninggalkan kampung halaman adalah untuk menghindari kejaran Belanda. Dikatakan, keluarga AK Gani dari dulunya memang termasuk orang berpengaruh dan terpandang.
“Dulunya rumah inilah satu-satunya rumah yang memiliki gramofon, lampu-lampu antik yang mewah juga banyak, sekarang tidak tahu kemana. Memang dulunya keluarga beliau termasuk orang yang berkecukupan,” ulasnya.
Selanjutnya, nama Kapau yang tersemat di tengah namanya itu juga memiliki banyak versi. Dijelaskan Answir, nama Kapau itu diberikan lantaran AK Gani pernah menjadi guru di daerah Kapau.
“Lalu ada juga cerita, nama Kapau itu disematkan untuk melindungi keluarga beliau di sini dari incaran Belanda, sebagai tawanan beliau ingin mengelabui dengan kata Kapau tersebut,” katanya lagi.
Sebagai masyarakat Palembayan Tangah, Answir menyebut sosok AK Gani dapat dijadikan panutan generasi masa sekarang. Menurutnya AK Gani merupakan sosok multitalen, gigih dan berpengetahuan luas.
“Beliau menjadi kebanggaan masyarakat Palembayan, semoga kegigihan beliau bisa menjadi panutan kami anak cucui beliau, generasi penerus di sini,” ungkapnya.
Kami sebagai anak cucu beliau, tukasnya lagi, berterimakasih kepada pemerintah yang telah memugar rumah kelahiran AK Gani. Dirinya berharap rumah tersebut bisa menjadi museum AK Gani.
“Harapan kami, rumah bisa terus dibenahi, dilengkapi dengan foto-foto tentang beliau, sehingga bisa jadi museum dan mendatangkan orang luar lebih banyak lagi ke sini dan mengenal sosok AK Gani,” ujarnya.
(Anto)
Komentar