Berita Sidik Kasus.co.if
OKI- Sudah selayaknya usia senja merupakan waktu bagi seseorang untuk menikmati masa tua bersama keluarga. Namun, tidak dengan nenek Mariam. Perempuan yang berusia lanjut ini diketahui tinggal seorang diri tanpa ada keluarga yang menemani.
Bahkan, untuk makan sehari-hari nenek Mariam hanya bergantung pada belas kasihan para tetangga sekitar.
Menjalani takdir kehidupan seorang diri, Nenek Mariam (76) hidup sebatang kara di sebuah gubuk sederhana. Meski tinggal seorang diri dan sudah tidak dapat melihat, wanita lanjut usia di Desa Awal Terusan, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir ini tetap tegar menghadapi berbagai cobaan silih berganti.
Jauh dari kehangatan cucu dan keluarga, Nenek Mariam hanya bisa hidup dengan cara sederhana. Bahkan, tidak jarang nenek berusia lebih dari setengah abad ini nampak melamun dalam kesepian dan kesendirian.
Dari mulai membersihkan rumah hingga pekerjaan rumah lainnya pun dikerjakan nenek Mariam seorang diri. Padahal, wanita seusianya sudah selayaknya menikmati kehidupan dengan tenang dan damai.
Bergantung Pada Belas Kasihan Tetangga
Urusan perut, nenek Mariam bahkan bergantung pada belas kasih dari tetangga sekitar. Nampak satu dua warga sekitar yang tengah memberi makanan pada wanita paruh baya ini.
Gubuk Sederhana
Susunan kayu rapuh adalah dinding dari gubuk tua nenek Mariam. Tidak jarang, hawa dingin sering merasuki tubuh nenek tua ini di kala malam hari melalui sela-sela dinding rumah yang sudah rapuh.
Bahkan, dibeberapa sisi rumah nampak jelas sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai rumah bagi wanita berusia 76 tahun itu.
Takut Gubuk Roboh
Nenek Mariam pun mengungkapkan ketakutannya jika suatu saat rumah yang selama ini ia tinggali tersebut dapat roboh sewaktu-waktu karena sudah termakan usia.
“Ya, saya takut roboh,” tuturnya, Sabtu 7 November 2020 siang.
Melihat kondisi dan situasi gubuk yang ditinggali nenek Mariam, Tim Jelajah Sidikkasus.co.id Sumatera Selatan, berencana akan melakukan penggalangan dana untuk memberikan bantuan kepada nenek Mariam.
EDO SEPTRIANTO
Komentar