Petani OKI Keluhkan Harga Karet

Berita Sidik Kasus

OKI – Harga karet milik petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel), tahun 2012 lalu mencapai Rp 20 ribu per kilogram untuk jenis karet mentah, menjelang pertengahan Oktober 2020, terus anjlok hingga mencapai Rp 3.000/kilogram.

Akibatnya, banyak petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang menghentikan penyadapan karet di kebun milik mereka.

“Dulu harga karet mencapai Rp 20 ribu, sekarang turun ke Rp 3.000 per kilogramnya,” ucap Surya, petani karet di Desa Pampangan, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan, Senin (5/10).

Menurut Surya, sebelum harga karet anjlok, dirinya bisa memperoleh penghasilan Rp 500 ribu per hari dengan menjual 150 kilogram karet perminggu. Namun dengan terjadinya penurunan harga yang sangat besar selama 8 tahun terakhir, saat ini ia hanya mendapatkan Rp 50 ribu per harinya.

Surya mengaku, ia bersama petani lain memilih untuk menghentikan aktivitasnya menyadap karet, sambil menunggu harga kembali normal. Di masa menunggu harga karet kembang normal, ia terpaksa kembali ke lahan pertanian untuk anak istrinya.

Haryono, 50, petani karet di Desa Pangkalan Lampam Kecamatan Pangkalan Lampam membenarkan, anloknya harga karet mentah milik petani di sana.

Menurut Haryono, penyebab anjloknya harga karet ini, kata dia, tidak jelas. Dampaknya, pedagang/pengumpul karet, bingung untuk menentukan harga pembelian karet mentah kepada petani.

Selain faktor itu, kata dia, diduga penurunan harga karet juga disebabkan oleh adanya permainan harga. “Pabrik atau pedagang/pengumpul seperti menahan untuk melakukan pembelian harga karet mentah kepada petani,” tuturnya.

HERWADI

Komentar