Berita sidikkasus.co.id
BUKAN cuma orang dewasa yang perasaannya tidak menentu karena beberapa bulan terbatas ruang geraknya akibat pandemi, anak-anak pun bisa tertekan selama bersekolah dari rumah.
Menurut Bunda Maryati, anak-anak bisa merasa stres dan tertekan ketika berada di rumah saja. Proses sekolah dari rumah bukan cuma jadi tantangan untuk orangtua yang kini aktif mengawasi anak-anak saat belajar, saat biasanya mereka di bawah pengawasan guru sekolah.
Anak-anak pun menghadapi tantangan beragam karena menghadapi perubahan rutinitas dari berhadapan dengan guru menjadi berhadapan dengan layar.
Mereka bisa tertekan karena rindu bermain dengan teman, bosan di rumah, juga karena mendengar omelan orangtua.
“Bermain adalah cara anak mengatasi tekanan dan stres sehari-hari,” kata Kepala Sekolah SD Negeri 15 Kota Kayuagung itu, Rabu (22/7).
“Ketika dia terus-terusan ditekan dengan tuntutan tersebut, dia seperti karet yang ditegangkan terus menerus, ibaratnya tidak efektif. Ketika karet dilonggarkan dulu, bisa efektif lagi,” lanjutnya.
Anak dapat melepaskan tekanan yang ia rasakan dengan cara bermain. Dengan demikian, anak bisa menghadapi stres dengan cara yang sehat karena rasa itu bisa diluapkan.
“Misalnya, anak kesal karena dimarahi orangtua. Ketika bermain, dia mungkin memarahi boneka sebagai cara mengekspresikan emosinya secara sehat supaya tidak terpendam,” jelas dia.
Jika rasa tertekan bisa diekspresikan kepada mainan, kesehatan mental anak juga bisa terjaga. Ketika sudah tiba waktunya anak untuk kembali belajar, prosesnya bisa berlangsung lebih efektif karena dia sudah berhasil mengatasi rasa stres.
Guru SD Negeri 1 Lubuk Ketepeng Susiani SPd memastikan anak-anaknya bisa beristirahat di sela belajar. “Saya dan orang tua siswa sepakat anak-anak kami harus punya waktu imbang antara bermain dan belajar,” kata Susiani yang mengakui ada tantangan baru bagi orangtua dan anak untuk beradaptasi dengan proses sekolah di masa pandemi.
Di sela masa belajar anak, setiap kali ada waktu istirahat, dia berharap para orang tua siswa akan membiarkan anak-anaknya bermain. Jika sempat, mereka para orang tua juga bisa ikut bermain bersama untuk mengeratkan hubungan sekaligus mengasah kemampuan sosial buah hati mereka.
(Herwadi)
Komentar