Berita sidikkasus.co.ia
OKI – Petani karet di Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel), sudah lima tahun hidup pasrah.
Betapa tidak, nilai jual hasil komoditas karet di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) hingga hari ini terus merosot tajam.
Sejak lima tahun terakhir, harga karet hanya Rp 6 ribu dan kini hanya tinggal dihargai Rp 3 ribu perkilo.
Merosotnya harga nilai jual karet ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum adanya isu tentang wabah virus corona (Covid-19) masuk ke Indonesia.
Sudir, (49), seorang petani karet di Kecamatan Pangkalan Lampam, menyebut situasi saat ini sama sekali tidak bagus lantaran karena harga kebutuhan pokok terus meroket.
Ia mengatakan, semua petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir khususnya di Kecamatan Pangkalan Lampam hanya berharap bisa makan dari hasil kebun karet. Anjloknya harga nilai jual karet selama lima tahun terakhir membuat mereka sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa lantaran hidup sudah terlilit hutang.
Situasi pandemi Covid 19 kian membuat para petani karet di Kan Ogan Komering Ilir mangkin terpuruk lantaran takut terpapar oleh virus sementara untuk mencari rezeki mereka harus keluar dari rumah.
“Dalam 3 hari saya bisa menjual karet 30 kilo. Jika dihitung dengan harga hari ini saya hanya punya penghasilan R 90 ribu untuk makan 3 hari,” tuturnya.
Situasi saat ini kian membuat Sudir dan keluarganya harus mengencangkan ikat pinggang lantaran karena harga kebutuhan pokok sama sekali sudah tidak sesuai dengan penghasilannya sebagai petani karet.
“Idak sebandeng. Hargo karet toron hargo sembako justru maken mahal,” bebernya.
Sudir berharap pemerintah secepatnya mencarikan solusi untuk mengatasi persoalan harga jual getah karet yang kian jeblok sementara harga bahan pokok yang makin meroket.
Masyarakat menegah kebawah serta petani karet, di Kabupaten Ogan Komering Ilir, hingga hari ini masih dalam kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari.
(Herwadi)
Komentar