Potret Kemiskinan Ditengah Kota

Berita,sidikkasus.co.id

Palembang – Jembatan Playofer berdiri gagah, menjadi payung bagi puluhan pengendara roda dua (Motor) di Jakabaring kemarin siang.

Tingginya curah hujan dengan disertai oleh tiupan angin, bercampur umpatan kian meriuhkan suasana.

Beberapa mobil mewah melintasi genangan air, sama sekali tidak memperdulikan jika gilasan ban memerciki orang-orang yang ada disana siang itu.

Selang jam kemudian, beberapa orang pengendara roda dua (Motor) mulai memberanikan diri untuk menerobos dinginnya air hujan sementara sebagian lagi memilih untuk tetap bertahan dengan kondisi badan nyaris basah kuyup.

Memandang kesebelah barat dari jembatan Ampera, jembatan Musi VI terlihat masih belum selesai dibangun.

Katonyo, pemerentah sedang keabesan duit ditambah maseh teganjel persoalan masalah pembebasan lahan.

Kendaraan roda dua (Motor) dalam kondisi masih basah terus melintas di atas jalan licin, suara mesin meraung-raung bercampur dengan asap knalpot mulai bocor karena sudah termakan usia.

Tidak terasa, laju sepeda motor melintas kearah jalan Pangeran Sido Ing Kenayan, Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Gandus.

Rumah tua terbuat dari bahan kayu tampak nyaris tumbang. Atapnya terbuat dari seng dan sudah berkarat, dinding rumah terbuat dari papan kayu di topang tiang dan nyaris tenggelam karena air, siapapun tamu yang datang dan ingin berkunjung kerumah itu serasa was-was bercampur takut saat akan melangkah.

“Jeramba” terbuat dari papan kayu mengayun bangunan dirumah Ahmad Fauzi, (44), dia sendiri tak yakin jika rumah miliknya itu bisa bertahan dalam waktu lama, karena sewaktu-waktu bisa roboh.

Begitulah salah satu potret warga miskin yang tinggal di Kota Palembang. Rumah dengan ukuran 3×5 meter berdiri di atas lahan rawa dan sudah belasan tahun ditinggali sebuah keluarga, karena tidak ada pilihan bagi Fauzi dan sang isteri beserta putri tunggalnya Anisa, (9), karena cuma bisa berlindung dari hujan dan panas di Ibu Kota.

“Beginilah kondisi rumah kami, keadaannya memang seperti ini,” kata Fauzi sembari mengusap air mata.

Kemiskinan sudah menjadi beban hidup bagi Fauzi dan keluarga kecilnya. Meski bukan kehendak ia dan keluarga, namun ia sabar karena harus menanggung beban seberat itu, sembari terus berdoa ia bersyukur jika memang dengan ini adalah kehendak sang pencipta.

Tinggal hidup didalam rumah tua dan nyaris roboh, sanggat dibutuhkan uluran tangan dari para dermawan agar supaya bisa melanjutkan hidup sama seperti orang-orang pada umumnya. Air yang menggenangi halaman rumah, sewaktu-waktu bisa membuat tubuh mereka tertular oleh penyakit seperti virus ecolin, dan menyebabkan demam berdarah.

“Kalau kondisi sedang hujan, di mana-mana bocor. Kalau tidur malam, harus memakai kelambu kalau tidak bisa digigit nyamuk,” ungkap Fauzi sang sopir angkot.

Harapan Fauzi, ia dan anak istrinya bisa tinggal di tempat yang layak dan nyaman, agar ia dan keluarga bisa segera terlepas dari rasa takut akan tertimpa oleh atap rumah. Fauzi dan keluarga adalah salah satu potret dari ratusan keluarga miskin, yang tinggal di Kota Palembang. Semoga, dalam waktu dekat, Tuhan segera memutarbalikkan hati mereka-mereka untuk baik agar bisa membantu saudara seiman yang kekurangan, dan mengangkat derajat mereka yang berilmu dan beriman karena selalu dilindungi oleh Allah SWT.

(Tim )

Komentar