Berita sidikkasus.co.id
Pada suatu masa, di sebuah kawasan luas yang penuh dengan perjuangan, hening dan damainya keluarga semut dengan jumlah anggota yang sangat banyak. Anggota ini membuat sarangnya dari pepohonan, mereka bangun dengan bentuk kerja bersama-sama yang di tunjukkan melalui tindakan.
Banyak semut memahami bahwa kesengsaraan pasti jua akan berlalu dan akan datangnya peradaban baru kebahagiaan yang penuh kemajemukan. ketika berada di fase yang penuh kegelapan dan banyak perbedaan sangat sulit mendapatkan kesejahteraan kebutuhan yang akan di rasakan.
Kemudian itu para semut-semut yang belum terbingkai dalam kesatuan tadi segera melihat ke arah kanan kiri bahwa mereka akan bisa berkumpul untuk mendapatkan bahan persediaan walaupun musim kebahagiaan masih di angan-angan.
Lain halnya dengan seekor singa, singa memiliki reaksi yang cukup Alus dan mementingkan diri sendiri, mahluk ini juga hidup di kawasan yang sama di tengah-tengah keluarga semut. Ketika musim dingin tiba singa akan mengeluarkan janji akan sama-sama berjuang hingga semut pun bangun kesepakatan dengan tujuan menjemput kebahagiaan.
Setiap waktu singa hanya berjanji dan senyum manis yang selalu di tunjukkan, dengan kemampuan ‘S’ atau hewan penaruh janji yang keunikan itu, sampai-sampai singa pun lupa kalau janji yang di sampaikan itu adalah separuh dari kebutuhan dalam pendiriannya.
Suatu hari sang pengecoh mendekati sekelompok semut. Singa bertutur dengan penuh kelembutan. Ekspresi wajah yang terbawa-bawa dari tutur kata dengan serius dan para semut seakan-akan terkagumkan
“Hei kawan apa yang kalian inginkan untuk perubahan yang akan datang”? Ujar singa dengan penuh gairah kekuasaan.
Namum semut selalu bertekad untuk tidak terkooptasi hingga menoleh seakan tak mengindahkan pertanyaan yang di lontarkan.
Selanjutnya, singa tetap bersikap lembut terhadap para semut dan singa pun bertanya kembali pada hari berikut “heii apa kalian tak mau mendengarku” tanya singa dan di iringi lontaran kalimat pernyataan bahwa “kita adalah satu, satu dalam wilayah dan kita akan memperjuangkan sumber-sumber yang kian kita miliki. Agar jangan sampai hewan lain yang akan kelola untuk menghidupkan sumber daya ini.
Anggota semut tetap memilih diam atas kebohongan yang di tunjukkan. Dengan berjalannya waktu kebohongan pun menjadi budaya dalam kehidupan sang singa, dan semut tidak puas akan hal demikian.
Tetapi dengan kondisi yang begitu diam secara tiba-tiba karna belum ada respon dari kelompok semut ini, singa pun paham dengan perlahan-lahan.
Sang penipu yang sedang mencari keuntungan melihat para semut berjalan membawa rombongan dari arah depan dan terus melangkah ke arahnya untuk mengetahui kebenaran yang di deritakan dan bertanya pada si singa tentang tujuannya, karna sekelompok semut sejak awal sudah berbulat tekad atas dasar kepercayaan kepada sang pengecoh (singa).
Semut-semut pun bertanya, kenapa wahai engkau mahluk yang telah kami percaya tega membohongi dan membodohi atas apa yang kami inginkan?. Singa pun menjawab, saya tidak bermaksud membohongi, apa yang kami lakukan ini untuk kepentingan dan kesejahteraan atas kemajuan bersama.
Dengan tanda-tanda yang dapat menarik perhatian ini singa pun resah. Tapi tak bisa di cemaskan walau sang pengecoh adalah pemungkir tetapi dengan bentuk kelincahannya sang inisial S ini pun bisa selalu berada di kedudukan yang tetap dan bisa merangkum yang lain untuk tetap bersama-sama.
Dan pada akhirnya, keramahan dalam kalangan semut juga wilayah sekitarnya, kacau dan sedang tidak baik-baik saja. Selanjutnya lagi ada pada pundak semut-semut yang berpikir untuk menjemput perubahan kebahagiaan tersebut..
Oleh : Yasin Lasafiu
Komentar