Kiat Menjadi Guru Hebat

Berita sidikkasus.co.id

Guru adalah teladan. Di sekolah, guru menjadi panutan bagi para siswa, dan di masyarakat sosok guru dianggap sebagai rujukan ilmu. Seorang guru di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel), Susiani SPd menjelaskan fungsi penting guru di sekolah.

Susiani yang berprofesi sebagai seorang guru dalam meningkatkan cara belajar di sejumlah sekolah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), mengatakan unsur guru menjadi salah satu penentu kesuksesan dalam proses belajar-mengajar.

“Pertama, saya ingin bertanya, apa motovasi Anda datang ke sekolah untuk mengajar?” kata Suasiani, di Palembang, Selasa, (7/7/2020). Beberapa jawaban yang muncul adalah guru merasa harus ke sekolah sekadar memenuhi kewajiban profesinya dan mendapatkan gaji, supaya tak bosan atau jenuh di rumah, senang bertemu dengan kolega, menyukai anak-anak, dan ingin membawa perubahan positif.

Tentu jawaban pertama adalah yang terburuk. Dan dua terakhir merupakan jawaban terbaik. “Inilah yang membedakan karakter mengajar seorang guru,” ujar Susiani. Berangkat dari motivasi mengajar itu, seorang guru kerap lupa bagaimana bahasa tubuh mereka ketika berinteraksi dengan siswa.

Bahasa tubuh yang dimaksud Susiani, misalnya bagaimana guru itu tersenyum kepada siswa, memberikan penjelasan dengan ucapan yang baik dan intonasi yang sesuai, sampai pada guru yang semestinya menyambut siswa yang datang ke sekolah di depan kelas. “Guru itu adalah rujukan,” ujarnya. “Guru punya kekuatan dalam membentuk perkembangan anak.”

Susiani lantas menceritakan pengalaman dia saat masih menjadi guru honorer di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Ketika menilik bagaimana seorang guru memberikan materi pelajaran dan ada siswa yang kesulitan memahami, si guru sampai menangis di depan kelas. “Kepala sekolah menjelaskan guru itu menangis bukan karena putus asa siswa tak jua mengerti, melainkan ada persoalan pribadi,” ujar Susiani mengutip keterangan kepala sekolah.

Sebelum menghadapi para siswa di kelas, Susiani berpesan, guru harus memiliki pikiran dan perasaan yang tenang. “Jangan membawa masalah pribadi Anda ke dalam kelas,” katanya. Susiani mengibaratkan seperti orang yang hendak memberikan masker oksigen ketika tekanan udara di dalam pesawat rendah, maka orang itu harus menolong dirinya sendiri dulu sebelum memasangkan masker oksigen kepada orang lain.

Para guru juga diharapkan memahami kemampuan siswanya satu persatu. Ketidakcakapan siswa dalam mengerjakan tugas menjadi tanda bahwa tantangan yang diberikan oleh guru tidak sejalan dengan kemampuannya. “Anak bisa stress jika tantangan yang dia hadapi tak sesuai dengan skill-nya,” ujarnya.

Oleh sebab itu, menurut Susiani, penting untuk membangun hubungan agar guru dan siswa saling memahami. “Hubungan yang kuat dan positif akan membuat perubahan pada anak,” ujarnya. Ingat, anak-anak tidak akan belajar dari orang yang tidak mereka sukai.

(Anto Narasoma)

Komentar