Berita,sidikkasus.co.id
Palembang – Ratusan Babi mendadak mati di Talang Buruk Kota Palembang. Hal ini ternyata meresahkan pihak Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pempek. Keterbukaan peternak Babi komunitas Tionghoa dinilai tidak sesuai harapan pemerintah Kota tua.
“Kita tahu baru tahu kalau ada ratusan Babi saat melakukan pemeriksaan. Peternak ada yang cerita, ampas tahu melimpah karena banyak babi mati,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Palembang, Sayuti, Sabtu (4/7).
Menurut dia, kematian Babi sudah terjadi sejak Maret. Puncaknya pada Mei lalu. Tapi kami baru diberitahu Juli ini. Tidak ada keterbukaan sama sekali dari para peternak babi.
“Kita dapat cerita, Babi-babinya sudah tidak ada lagi. Para peternak Babi ini terkesan tertutup, yang jelas sampai hari ini tidak ada rekomendasi dari Dinas. Ini illegal,” jelasnya.
Babi-Babi ini didatangkan dari Lampung dan Medan, seharusnya mengantongi rekomendasi antar provinsi dan surat keterangan kesehatan.
“Balai besar veteriner Lampung turun ke Kota Palembang di kawasan Talang Buruk Kilometer 7 untuk melakukan penelitian penyakit dengan cara mengambil sampel darah dan daging babi di pasar. Dugaannya demam babi afrika (ASF),” bebernya.
Penyakit demam Babi Afrika ini memang tidak menular ke manusia. Virus hanya menyebar ke Babi ternak atau Babi hutan.
“Dipastikan dari Otoritas Veteriner bahwa demm Babi Afrika ini tidak menular kepada manusia. Jangan khawatir tapi harus tetap waspada,” ujarnya.
Pihaknya berharap, komunitas peternak Babi kedepan lebih terbuka dan melaporkan kepada dinas tarkait. “Dalam rangka pengendalian mereka harus terbuka, jangan ada lagi kasus seperti ini. Karena ini adalah tangungjawab pemerintah,” tegasnya.
Terkait soal beredarnya foto Babi mati yang dibuang ke Sungai, ia memastikan itu bukan di Kota Palembang, tapi di Medan.
“Untuk Babi yang meninggal di Kota Palembang, informasinya dari semua peternak semua di kubur,” tutupnya.
(Tim)
Komentar