Berita sidikkasus.co.id
KENDARI – Kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) yang akan bekerja di PT. VDNI dan PT. OSS di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sultra, menuai banyak penolakan dari berbagai elemen mahasiswa dan pemuda di Sultra.
Penolakan kedatangan TKA tersebut disuarakan lewat aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh beberapa lembaga, elemen mahasiswa dan ormas yang ada di Sulawesi Tenggara ini, yang telah digelar beberapa hari yang lalu.
Salah satu elemen mahasiswa yang menolak kedatangan 500 TKA tersebut datang dari Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Kecamatan Tinanggea (HIMTIK) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Provinsi Sulawesi Tenggara, Faisal.
Ia ikut angkat bicara terkait kedatangan 500 TKA asal China pada gelombang pertama dengan jumlah 156 TKA yang telah tiba di bumi Anoa melalui bandara Haluoleo pada Selasa, (23/6/2020) yang disambut dengan aksi demonstrasi dari berbagai elemen mahasiswa dan ormas hingga berujung kericuhan.
“Saya Faisal, selaku Pj Ketua Umum HIMTIK Konsel yang juga merupakan putra daerah tidak akan gentar atau mundur dalam gerakan ini, saya pastikan akan tetap menolak bahkan mengharamkan TKA masuk di bumi Anoa ini,” ucapnya, pada Jum’at (26/6/2020).
Faisal mengatakan bahwa saat ini masyarakat sudah fokus membantu pemerintah dalam memutus mata rantai Covid-19, bahkan sudah rela tinggal di rumah demi mengikuti imbauan dari pemerintah, namun mengapa justru pemerintah dengan mudahnya mengizinkan TKA asal China bebas masuk ke negeri ini khususnya di bumi Sultra.
“Karena kita tidak ada jaminan bahwa TKA asal China yang datang tidak memiliki gejala Covid-19. Oleh karena itu, kami pastikan selama masa pandemi Covid-19 ini kami haramkan TKA masuk di bumi Anoa ini, nyawa saudara, orang tua dan kami semua lebih berharga ketimbang para TKA itu,” ujarnya.
Ia pun mengungkapkan kekecewaannya terhadap Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Saleh yang saat itu mengatakan dalam orasinya akan bersama – sama dengan massa aksi untuk memeriksa TKA asal China yang baru datang, namun nyatanya itu hanya penipuan/prank semata.
Dan sampai saat ini pihaknya sudah melakukan konsolidasi kepada beberapa elemen mahasiswa dan ormas terkait hal ini, karena persoalan ini tidak ada kepentingan apapun didalamnya apalagi unsur politik, ini merupakan murni untuk kepentingan rakyat.
“Jadi saya pastikan akan tetap menolak TKA yang akan datang pada saat kloter kedua, apalagi TKA ini masuk lewat bandara Haluoleo yang berada di wilayah Kabupaten Konsel. Jadi saya pastikan akan turun pada aksi jilid 2 untuk menghalangi masuknya TKA di bumi Anoa ini,” tegas Faisal.
Hal senada juga diungkapkan oleh Oscar selaku Wakil Ketua HIMTIK Konsel. Ia mengatakan jika mendatangkan TKA tersebut dengan alasan investasi, ini akan menimbulkan konflik apalagi ditengah situasi Covid-19 seperti saat ini.
“Ini akan berpotensi menimbulkan konflik ditengah situasi Covid-19 saat ini, belum lagi soal TKL (Tenaga Kerja Lokal) yang banyak dirumahkan. Harusnya TKL ini lebih diprioritaskan dan dilakukan penerimaan terlebih dahulu ketimbang TKA tersebut,” ungkapnya.
Lebih lanjut Oscar mengatakan bahwa sebanyak 500 TKA ini belum diketahui apakah mereka ini benar – benar tenaga ahli ataukah hanya sekedar tenaga buruh kasar. Dan ia merasa bahwa masih banyak SDM lokal yang dapat diberdayakan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan sarjana yang ada di bumi Sultra.
Laporan : Iswan Safar
Komentar