Berita,Sidikkasus.co.id
Sumatra selatan – UPAYA pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan menggunakan teknologi berbasis ilmu pengetahuan di Sumatra Selatan, diyakini dapat melewati fase kritis I pada puncak musim kemarau di tahun 2020 ini.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan hal itu dapat dicapai jika kita mau bekerja lebih keras dengan memanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk merekayasa hujan.
“Negara memang harus lebih berkorban untuk masyarakat dengan cara melakukan rekayasa hari hujan lebih awal guna membasahi lahan gambut, untuk mengisi embung dan kanal.
Tahun ini, kita lakukan lebih cepat dari biasanya karena sangat penting dilakukan untuk menjaga masyarakat terhindar dari ancaman karhutla,” kata Siti Nurbaya, kemarin.
Ia menjelaskan, dengan berbekal analisis dan rekomendasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kementerian LHK mengupayakan pencegahan karna sejak dini dengan cara merekayasa jumlah hari hujan untuk pembasahan lahan gambut yang rentan terbakar melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) di provinsi Sumatera Selatan karena dikenal sebagai salah satu daerah yang sangat rawan karhutla.
Rekayasa hari hujan dilakukan untuk membasahi lahan gambut di Sumatera Selatan dengan melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sesuai perintah Presiden Nomor 3 Tahun 2020 tentang penanggulangan karhutla.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat rapat bersama KLHK menyampaikan kondisi cuaca dan iklim harus menjadi pertimbangan untuk melakukan operasional TMC.
Hingga ke penghujung Juni dan memasuki Juli, potensi pertumbuhan awan hujan di Sumatera Selatan semakin menurun.
Begitu pula dengan faktor kelembapan udara. Untuk wilayah Sumatra Selatan, kelembapan udara secara umum mulai menurun sehingga akan cukup menghambat pertumbuhan awan konvektif,” ungkapnya.
Berdasarkan prakiraan BMKG, musim kemarau 2020 telah dimulai sejak memasuki Juni dan akan mencapai puncaknya Agustus mendatang.
(Tim)
Komentar