Berita sidikkasus.co.id
MEDAN – Kelurahan Gaharu, Medan, Minggu/14 Juni 2020. Di tengah hiruk-pikuk virus corona (Covid 19), ada satu peristiwa yang memilukukan, yang membangkitkan murka sabilillah, dan yang harus menjadi pelajaran pahit dan komprehensif bagi kaum muslimin. Peristiwa itu ialah joget dan menginjak sajadah oleh para pemuda yang menggelar ultah. Salah seorang pejoget yang menggelar uktah itu adalah anak dari kepala lingkungan 3 kelurahan gaharu kecamatan medan timur kota medan yakni M. Rasyid Ridho dan Kawan-kawannya.
Peristiwa joget diatas sajadah yang menyakitkan hati itu terjadi pada Minggu malam, 15 Juni 2020 . Mereka sebut itu sebagai acara Ulang tahun kerabatnya.
Salah satu warga lingkungan 3 kelurahan gaharu yakni Yono (Nama samaran). Pak Yono mengatakan kepada pihak media bahwa itu merupakan Anak dari Kepala lingkungan 3, kelurahan gaharu, kecamatan medan timur yang sedang merayakan ulang tahun di rumahnya.
Dipantau dari salah seorang masyararakat dilingkungan tersebut kronologinya mereka (pejoget) tersebut membawa sajadah dari mushola taqwa Muhammadiyah untuk dijadikan sebagai tikar untuk acara ulang tahun
Begitu juga pak yono (nama samaran) terus mengamati sampai dini hari mereka terus menghidupkan musik secara deras sehingga menggaggu kenyamanan dan salah satu teman dari anak kepala lingkungan tersebut memvideokan kegiatan mereka didalam rumah, dilihat dari video tersebut mereka sedang berjoget di atas sajadah.
Luar biasa kelakuan mereka. Yang berulang tahun memakai sajadah untuk sebagai bahan alas joget joget demi mencari kesenangan dan sensasi semata.
Bahkan orang tua ridho malah membiarkan menghidupkan musik tersebut kuat-kuat padahal org tua nya merupakan kepala lingkungan III Kelurahan Gaharu Medan, Sumut
Tetapi harus diketahui bahwa sajadah itu merupakan tempat umat muslim melakukan ibadah bersujud melalui itu dan berdoa melalui itu disujudi selama puluhan ribu kali. Bukan untuk dinjak-joget oleh para pemuda yang berjoget diatas sajadah tersebut.
Sajadah itu memang tidak sesuci al-Quran. Tetapi, perbuatan joget di bawah suasana gembira-ria dengan menginjak-injak sajadah itu sangat mencederai perasaan umat.
Bagi orang yang ‘tidak tersambung’ dengan sajadah, boleh jadi sulit memahami ‘kesakralan’ sajadah. Sajadah memang setiap hari ‘dipijak’ oleh para jemaah musholla muhammadiyah ranting gaharu. Tetapi, ‘dipijak’ sangat berbeda dengan ‘diinjak-injak’. Apalagi ‘diinjak-injak’ dalam suasana joget. Untuk ini, tidak ada tafsiran lain kecuali penghinaan.
Sajadah sangat masalah kalau “disepelekan”. Disepelekan sampai dijadikan alas untuk berjoget ria. Disepelekan untuk fungsi-fungsi yang sifatnya ‘najas’. Yakni, dalam kaitan dengan kekotoran. Atau disepelekan di dalam suasana ‘immoral’, suasana maksiat. Tidak bisa diterima kalau sajadah disepelekan dalam konteks seperti ini.
Begitu juga video ini terlihat di akun facebook Muhammad Dhuha Siregar yang menayangkan siaran langsung Jogetan diatas sejadah tersebut.
Menanggapi kejadian itu, Salah satu warga lingkungan III kelurahan gaharu tersebut bertindak cepat dengan melakukan pengeshare-an video tersebut di berbagai media.
Sungguh sangat disayangkan dan sangat biadab sosok pemuda yang merupakan anak dari aparatur lingkungan tersebut membuat hal penistaan terhadap umat islam terkait dengan joget diatas sajadah serta Jogetan diatas sajadah tersebut merupakan perbuatan keji dan sudah menistakan agama islam dan menyakiti perasaan ummat islam. Ungkap pak yono (nama samaran) warga lingkungan III kelurahan gaharu medan. ( red)
Komentar