Berita sidikkasus.co.id
PALEMBANG – Seperti biasa, kegiatan tahunan Puasa dan Lebaran membawa berkah bagi para produsen kue kering rumahan di Palembang.
Berawal dari jualan keliling di kampung dan ke sekolah-sekolah, Marni berhasil mengelola bisnis kue kering bercita rasa kelas atas.
Marni selalu kebanjiran orderan. Tak tanggung-tanggung, di Lebaran tahun ini omzet kue kering rumahan miliknya bisa menembus angka di atas Rp 1 miliar.
“Kalau Puasa dan Lebaran penjualan biasanya naik drastis. Omzet bisa sampai lebih dari Rp 1 miliar, tahun lalu omzetnya Rp 500 juta. Puasa dan Lebaran membawa berkah ya, kerja 2 bulan hasilnya bisa untuk dimakan selama 2 tahun,” kata Marisa kepada Sidikkasus.co.id, di Palembang, Jumat (22/5).
Menurut Marni, kue kering produksinya kini laris manis diminati masyarakat luas. Tidak hanya dari wilayah Kota dan sekitarnya, kue keringnya yang diproduksi di Palembang, Sumatera Selatan ini sudah merambah hingga Jambi dan Bengkulu.
“Permintaan terbesar datang dari Jambi dan sekitarnya, kemudian disusul dari Bengkulu dan Sumatera Selatan,” katanya.
Saking banyaknya pesanan, ia harus meminta bantuan pekerja untuk bisa memenuhi permintaan konsumen.
Saat ini, usaha rumahan milik Marni ini ikut dibantu oleh sedikitnya 40 orang pegawai.
Ternyata tenaga bantuan itu tidak cukup. Tanpa bermaksud menolak, Marni terpaksa ‘melepas’ orderan hingga 25% dari total permintaan yang nilainya mencapai Rp 300 juta-Rp 400 juta.
“Orderan banyak sekali sampai-sampai nggak kepegang. Kira-kira 25% orderan tidak tertangani saking banyaknya, nilainya bisa sampai Rp 300 juta-Rp 400 juta yang hilang.
Puncaknya di H-7 ya tapi 3 minggu sebelum Lebaran kita sudah stop menerima order karena disitu terjadi overload permintaan,” terangnya.
Menurut Marni, kunci utama mempertahankan pelanggan adalah dengan memberikan layanan dan kualitas terbaik.
Oleh : Adeni Andriadi
Komentar