Tatanan Kehidupan Kedepan dengan Norma Baru

Berita sidikkasus.co.id

Kristomei Sianturi Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengatakan.

“Kita jangan menyerah, hidup berdamai itu adalah penyesuaian dalam tatanan kehidupan baru.

Kesananya disebut the new normal tatanan kehidupan baru.” (Presiden RI, Joko Widodo, Jumat 8/5).

Menjelang Idul Fitri tahun ini terasa memang begitu berbeda. Padat arus mudik terlihat tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kemacetan menjelang buka puasa hanya terlihat di beberapa titik. Karena kegiatan buka bersama, berkumpul dengan sanak saudara, dan rekan kerja dilakukan secara virtual.

Masyarakat semakin sadar untuk rajin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer.

Tidak cuma itu, juga ada kebiasaan baru dimasyarakat untuk selalu memakai masker bila keluar rumah, mengunakan sarung tangan saat berkendara, menjaga jarak dengan orang lain, langsung berganti pakaian atau mandi ketika sampai di rumah, serta menghindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan saat bertemu dengan rekan atau sanak keluarga.

Kasus positif covid-19 pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu, pengawasan dan pengelolaan kesehatan pun diperketat.

Tempat-tempat publik kini menyediakan tempat mencuci tangan atau hand sanitizer.

Saat memasuki gedung perkantoran, pengunjung harus melalui skrining suhu tubuh, dan tak jarang harus disemprot dengan disinfektan.

Para pekerja di bidang penting, dari minimarket hingga bank, melayani pelanggan dengan penghalang plastik sebagai penerapan physical distancing atau jaga jarak fisik.

Restoran tidak melayani makan di tempat serta memberikan fasilitas pesan antar ke rumah demi menghindari kerumunan.

Para dokter dan perawat di rumah sakit dan klinik menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap dalam melayani pasien.

Konsekuensinya, terjadi perubahan pola interaksi antara satu sama lain. Perilaku masyarakat sehari-hari pun perlahan mulai berubah.

Kalau sebelumnya kehadiran pekerja di kantor merupakan suatu keharusan, pada sektor tertentu, bekerja dari rumah atau remote working menjadi hal biasa dan harus dilakukan.

Rapat biasanya dilakukan dengan bertatap muka diganti dengan konferensi video sebagai alternatif.

Menyesuaikan

Bentuk perubahan baru inilah kemudian melahirkan istilah the new normal, yakni perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, tetapi ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penyebaran covid-19.

Prinsip utamanya ialah masyarakat harus bisa menyesuaikan pola hidup dan aktivitas bekerjanya dengan seluruh protokol kesehatan demi untuk memutus rantai penyebaran virus.

Hingga 18 Mei 2020, juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa telah teridentifikasi 18.010 kasus positif dengan angka kematian 1.191 orang dan 4.324 orang dinyatakan sembuh.

Jika melihat tren beberapa bulan terakhir, angka ini diperkirakan masih akan terus bertambah. Sampai saat ini tidak ada yang dapat memprediksi secara pasti kapan pandemi covid-19 akan berakhir hingga vaksin dan obat yang tepat benar-benar ditemukan.

Pada waktu itulah kita harus bisa hidup berdampingan dengan covid-19 dan beradaptasi dengan situasi aturan baru seperti saat ini.

Menyelamatkan nyawa dan menekan angka pertumbuhan penularan covid-19 merupakan prioritas utama bagi pemerintah.

Akan tetapi, kegiatan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat harus tetap berjalan. Virus korona tidak boleh menjadikan warga tidak produktif. Untuk itu, warga harus tetap produktif dengan penyesuaian baru.

Kehilangan pekerjaan atau turunnya pendapatan keluarga akibat larangan beraktivitas di luar rumah dan ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir telah menjadi tekanan terbesar bagi masyarakat.

Di tengah perang menghadapi covid-19 ini, pemerintah harus memastikan bahwa jaringan distribusi dan jaminan ketersediaan logistik berjalan dengan baik.

Adanya jaminan ketersediaan logistik dari pusat hingga daerah ataupun dari pusat-pusat gudang logistik hingga masyarakat di daerah-daerah dapat terlaksana dengan baik.

Tentunya, pada kelompok masyarakat yang terdampak berat, pemerintah perlu memberikan stimulus ekonomi secara cepat dan tepat sasaran.

Pemerintah telah membuat pedoman bagi pemerintah daerah untuk melakukan realokasi anggaran dan refocusing kegiatan.

Karena itu, pemerintah pusat dan daerah memiliki satu visi dan prioritas yang sama untuk mengatasi penyebaran virus korona.

Terlepas dari melemahnya geliat ekonomi dalam negeri, penantian ditemukannya vaksin korona saat ini harus diimbangi dengan sikap legowo, yakni menerima dan memaklumi keadaan bahwa dunia saat ini memang sedang melawan musuh yang sama.

Pandemi ini bukan hanya masalah bagi negara kita sendiri, melainkan juga masalah internasional.

Saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, banyak masyarakat rindu akan tradisi tahunan untuk mudik dan rasa ingin bertemu dengan sanak saudara di kampung halaman.

Namun, alangkah eloknya bila tahun ini tidak mudik guna mencegah penyebaran covid- 19 ke daerah-daerah.

Virus tidak dapat berpindah tempat dengan sendirinya, tapi manusialah yang memindahkannya.

Jangan membuat mata rantai penyebaran covid-19 tetap berlangsung dan tanpa kita sadari menularkannya kepada orang-orang tersayang di kampung halaman.

Silaturahim tahun ini cukup dilakukan secara online. Dengan begitu, kita menjadi selamat dan menyelamatkan banyak orang.

Strategi

Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tidak dapat bekerja sendiri tanpa ada dukungan dan kedisiplinan dari seluruh masyarakat.

Strategi ke depan masih harus terus dilakukan ialah bagaimana meningkatkan stamina/imunitas masyarakat, disiplin diri, dan kesadaran kolektif masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penyebaran covid-19.

Upaya ini tidak dapat dilakukan dengan bekerja sendiri-sendiri, tetapi dilakukan dengan budaya gotong royong yang merupakan warisan bangsa Indonesia, dan diharapkan dapat menjadi gerakan masyarakat secara masif.

Dengan semangat kebangkitan nasional yang kita peringati setiap 20 Mei, mari kita jadikan pemacu semangat bangsa dengan jiwa gotong royong, kebersamaan, serta kerukunan untuk bersamasama bangkit dan optimistis bahwa Indonesia bisa mengatasi krisis pandemi covid-19 ini.

Mari disiplin dan bersama saling mengingatkan untuk patuh dengan norma-norma hidup yang baru. Mari menjadi pahlawan untuk melindungi diri kita sendiri, keluarga, dan lingkungan.

Berdamai bukan berarti menyerah, melainkan beradaptasi untuk bertahan hidup, kemudian bangkit dan jadi pemenang.

Bersama Tuhan, kita bahu-membahu melawan covid-19.

Oleh : Adeni Andriadi

Komentar