Pedagang Muda Ditengah Wabah Corona

Laporan : Marisa Oca

Berita sidikkasus.co.id

Palembang – Belasan pedagang kelapa muda menggelar dagangan mereka di salah satu sisi Jalan Ratusianum Kota Kota Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (2/5) siang. Sebelum pandemi korona hingga saat ini, kawasan itu memang tidak pernah sepi. Sejak lama, lokasi itu memang sudah menjadi tempat bagi penjualan kelapa muda.

Dalam kondisi normal, pedagang kelapa muda bertambah hingga puluhan orang. Bahkan mereka menggelar dagangannya hingga keruas jalan di depan Pasar Lemabang, Polsek Lembang, dan Yayasan Kartika Satu Data yang masih berada di jalan yang sama.

Namun, pandemi virus korona membuat sejumlah pedagang memilih tetap berada di rumah sehingga saat ini hanya tinggal beberapa orang masih berjualan. Satu di antaranya, Wahid, (20), pedagang asal Kelurahan 1 Ilir. “Saya tetap berjualan karena keuntungannya lumayan,” katanya.

Seperti pedagang lainnya, setiap pekan, Wahid dua kali pergi ke desa di Kabupaten Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin untuk membeli kelapa muda. Harga kelapa muda di tingkat petani sebesar Rp 3.000 perbuah. Harga sebesar itu sudah termasuk ongkos transportasi.

Setiap pergi ke desa, dia membawa pulang antara 200-300 buah kelapa muda. Tiba di Kota Palembang, satu buah kelapa muda dijual Rp6.000.

“Kelapa sebanyak ini terjual paling cepat dua hari, paling lambat tiga hari,” ujarnya.

Jadi, tidak heran, dalam tiga hari, ia meraup keuntungan sampai Rp400 ribu dari 200 buah kelapa muda yang terjual. Wahid mengatakan selama pandemi korona, kelapa muda tetap laris. Meski persaingan cukup keras, usaha yang ia tekuni sejak 2019 itu masih mampu mendatangkan keuntungan cukup besar.

Di tempat berbeda, Kadir, siswa kelas II salah satu SMP di Kota Kota Palembang memilih berjualan sayur keliling selama pandemi korona.

“Daripada di rumah, saya cari uang dengan berjualan sayuran,” katanya. Ia ditemui saat menjajakan sayuran kepada warga di Jalan Mangkubumi Lorong Nangko, Kelurahan 1 Ilir. Saban pagi, Kadir pergi ke pasar untuk membeli sayuran yang kemudian dijual dari rumah ke rumah. “Keuntungannya kecil, tetapi tetap untung,” katanya.

Editor : Adeni Andriadi

Komentar