Berita sidikkasus.co.id
SUMSEL – TITIK panas di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mulai bermunculan. Meski masih musim hujan, namun sudah ada 1.113 titik panas terpantau satelit sejak Januari hingga April ini.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan, Ansori, mengatakan titik panas sebenarnya sudah terpantau sejak Januari. Setidaknya, dalam rentang waktu Januari-pertengahan April ada sekitar 1.113 titik hotspot tersebar di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
‘’Kabupaten Ogan Komering Ilir paling banyak, total ada 266 titik panas. Muara Enim 204 titik dan Kabupaten Musi Banyuasin 192 titik,’’ katanya, Senin (27/4).
Ansori mengatakan, pantauan hotspot saat dilakukan melalui 5 satelit. Yakni satelit Aqua, Landsat-8, NOAA, SNPP dan Terra. Sehingga proses pendeteksian hotspot bisa lebih baik lagi.
“Masing-masing satelit punya keunggulan tersendiri. Tapi yang jelas, pendeteksiannya bisa lebih baik lagi,’’ ujar Ansori.
Dijelaskan Ansori, meski banyak terdeteksi titik hotspot, namun kondisi cuaca saat ini tidak memungkinkan api untuk menyebar lebih besar. Sebab, curah hujan yang dimiliki Sumatera Selatan masih terbilang tinggi. Hal ini menyebabkan lahan gambut tergenangi oleh air. Sehingga, tidak sampai menyebar.
‘’Kalau berdasarkan prediksi BMKG, kemarau baru jatuh pada Dasarian ketiga bulan Mei. Jadi sampai sekarang lahan masih dalam kondisi basah,’’ ungkapnya.
Ansori menegaskan saat ini pihaknya terus melakukan berbagai upaya pencegahan. Seperti sosialisasi bahaya Karhutlah ke masyarakat.
“Sosialisasi dan penyuluhan dilakukan oleh masing-masing institusi. Seperti Dinas Pertanian memberikan penyuluhan bagaimana mengolah lahan dengan cara tanpa dibakar. Lalu dinas lain melakukan berbagai upaya dengan caranya sendiri,” terang Ansori.
Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Selatan, Nasrun Umar mengatakan kejadian karhutlah di tahun ini tetap menjadi salah satu perhatian utama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Anggaran pencegahan dan penanggulangan Karhutlah ditingkatkan Rp 37 miliar. Jumlah anggaran yang disediakan jauh lebih besar dari tahun lalu yakni Rp 1,7 miliar.
Anggaran yang disediakan, masih kata Nasrun, nantinya akan diperuntukkan bagi daerah rawan Karhutlah. Adapun rinciannya Kabupaten Ogan Komering Ilir Rp 6 miliar, Ogan Ilir Rp 5 miliar, Musi Banyuasin Rp 5 miliar, Banyuasin Rp 5 miliar dan Kabupaten Muara Enim Rp 5 miliar.
Kabupaten Pali Rp 5 miliar, Musirawas Rp 1 miliar, Muratara Rp 1 miliar, OKU Rp 2 miliar dan OKU Timur Rp 2 miliar.
“Dana ini merupakan stimulus bagi daerah dalam menangani Karhutla,’’ ujarnya.
Nasrun menjelaskan, selain menganggarkan dana, pihaknya juga sudah bersinergi dengan Bupati/Walikota se Sumatera Selatan untuk melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sudah membentuk tim terpadu melalui SK Gubernur Sumatera Selatan terdiri dari 7 kelompok kerja (Pokja).”Diantaranya, Pokja perencanaan, pokja deteksi dini, pokja bidang pembinaan dan pemberdayaan masyarakat petani, pokja bidang sosialisasi, pokja evaluasi, pokja patroli dan pokja bidang monev,” ungkap dia.
Sosialisasi pun akan dilakukan kepada 180 unit usaha kegiatan mengenai berbagai upaya pencegahan, sanksi dan proses penegakan hukum karhutla. Tak cuma itu, selanjutnya Pihaknya akan melounching aplikasi lancang kuning nusantara, yakni aplikasi untuk monitoring penanganan kebakaran hutan dan lahan secara webscreming yang dilakukan Polda Sumatera Selatan.
“Melalui tim terpadu dengan berpedoman covid-19 mengenai social distancing, tim tetap melaksanakan evaluasi kesiapsiagaan pengendalian karhutla terhadap unit usaha, kegiatan dan membangum komitmen dengan unit-unit usaha diatas sektor perkebunan dan kehutanan serta pencegahan karhutla tahun 2020,” pungkas dia.
Reporter : Adeni Andriadi
Komentar