Diduga Penanganan Puskesmas Kunir Kurang Maksimal, Bocah 10 Tahun Harus Meregang Nyawa

Berita sidikkasus.co.id

LUMAJANG – Pelayanan Puskesmas Kunir Kabupaten Lumajang di keluhkan keluarga pasien. Pasalnya, Salah satu keluarga pasien yang dirawat di Puskesmas Kunir mengeluhkan pelayanan yang diberikan Puskesmas tersebut. Pemberian Penanganan terhadap pasien diduga kurang maksimal, sehingga sampai membuat keluarga pasien kehilangan anak tercintanya yang berusia 10 tahun.

Adalah Adinda Intan Nuraini (10), Putri dari Sarep, warga Dusun Sukorame RT 34 RW 08, Desa Jatigono, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang Jawa timur (Jatim), yang telah meninggal dunia di puskesmas tersebut. Saat pasien dirawat di Puskesmas Kunir, dalam penanganannya dinilai kurang maksimal, sehingga mengakibatkan korban meninggal Dunia.

Menurut istri Sarep, sebagai ibu korban yang sempat di temui media ini dikediaman nya, Senin (13/4) menyampaikan, bahwa pada Hari Senin (06/04/2020) saat anaknya sakit dan sedang dirawat inap di puskesmas kunir tersebut terkesan tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal.

“Ketika itu anak saya sakit perut. Lalu saya bawa ke dokter, katanya gejala lambung, tapi kok minum obatnya muntah terus. Karena saya takut anak saya ke habisan cairan, akhirnya anak saya tak bawa ke UGD puskesmas kunir”. paparnya.

“Terus masuk Unit Gawat Darurat (UGD) hari senin pagi (06/04/2020), hari selasanya (07/04) di leb panasnya 38. Menurut perawat gejala tipes, habis itu di UGD satu hari kok perutnya kembung, dan dari siang itu infus anak saya tidak begitu jalan, terus saya laporkan ke perawatnya kerena ada darahnya terus mau di suntik tapi anak saya takut suntik, perawatnya bicara dengan kasar ‘diammo nduk!, saya gak akan nyuntik kamu’, istri sarep menirukan ucapan perawat. Sebagai ibu, perasaan saya, kok kasar banget.” Terang Ibu korban.

“Habis itu karena ada kamar kosong saya minta di pindah ke kamar tersebut yang isinya satu orang satu kamar tapi tetap bicaranya itu arogan sekali malah bilang pintunya sudah di buka akhirnya anak saya, saya pindah sendiri, padahal itu kan tugas perawat pak”, imbuhnya

Masih menurut keluarga korban, pihaknya berkali kali melaporkan kepada perawat yang bertugas tentang infus yang tidak jalan, akan tetapi hanya di biarkan tidak di tangani hingga beberapa jam lamanya sampai ajal menjemput putri saya, dan saat pihak korban minta di rujuk ke RS, perawat masih nunggu dokternya.

“Saya sempat berkali kali melaporkan tentang infus anak saya yang tidak jalan tapi tidak di lihat sama sekali hanya bilang ‘ya bu sebentar’, masak mulai jam 3  sore sampai habis isyak saya berkali kali lapor, dan saya minta rujukan ke RS masih di suruh nunggu dokternya besok katanya sampai sampai pada waktu itu anak saya, saya gendong ke perawatnya saya perlihatkan keadaan anak saya dan di situ anak saya muntah muntah hingga keluar dari hidungnya, dan di situ juga pihak perawat mencopot infusnya anak saya sudah tidak bernyawa”. Ungkapnya dengan wajah penuh duka dan amarah.

Sementra itu Kepala Puskesmas Kunir drg. Nuraini terkesan menghindar dari awak media, saat di hubungi melalui sambungan selulernya, yang bersangkutan bersedia untuk menemui untuk klarifikasi perihal tersebut, tetapi ketika team dari beberapa media sudah ada di puskesmas, drg. Nuraini ternyata tidak mau menemui, dengan alasan mau menemui Kepala Dinas Kesehatan Lumajang.

“Ma’af pak ini saya mau berangkat, apa ditemui staf saya saja ya, ini saya sudah ditunggu dari tadi, saya lupa pak, ma’af ya pak saya sudah di ingatkan dan ditelepon sama dokter Bayu, ngapunten”. Jlentrehnya sembari menutup telepon nya. (Ria)

Komentar