PASURUAN – JKN. Sampah adalah barang yang menjijikkan, apalagi sampah yang harus di urusnya adalah sampah rumah tangga, di samping kotor juga berbau sehingga tempat pembuangannya harus ada (khusus), jauh dari pemukiman warga, sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan orang-orang yang ada di sekelilingnya, terutama anak-anak kecil/balita sangat riskan dengan penyakit, namun bila sampah tersebut di kelola dengan benar, tentu sampah yang awalnya tidak mempunyai nilai akan punya makna dan bermanfa’at, ada beberapa barang yang trend sekarang ini, terbuat dari sampah plastik baik berupa tas maupun dompet, butuh kreatifitas agar bernilai, tentu dapat di jadikan uang, serta dapat di pergunakan sebagai pupuk organik, butuh kesabaran dan ketelatenan, namun bila sampah tidak terurus dengan baik maka hal yang di anggap sepeleh ini akan menjadi bumerang,
Tumpukan sampah di dusun warurejo desa Kejapanan sangat memprihatinkan, selain
Asal buang juga tanah yang di buanginya bukan TPA atau milik desa, melainkan milik orang lain/pribadi, bahkan terletak disebelah makam, tentu membuat hororis dan menjijikkan serta merusak pemandangan, ini sudah berjalan ber tahun-tahun, kasun warurejo yang minta kepada kepala desa kejapanan beberapa tahun yang lalu, agar desa dapat menfasilitasi buangan sampah tersebut, tidak pernah ada tanggapan yang serius dari kepala desa syaiful bahri, sehingga pemandangan ini seperti konsumsi sehari-hari bagi warga sekitar, menjabat kepala desa 2 priode bukan waktu yang pendek bagi kepala desa syaiful, namun faktanya sampah di warurejo ini belum tertangani dengan baik.
Di ibaratkan rumah tangga, kepala desa Syaiful bahri tidak becus mendidik keluarganya sendiri, malah mendidik rumah tanggah orang lain, artinya sampah di desanya sendiri yang dia pimpinnya amburadul malah nerima kiriman sampah dari desa lain, tim media jejakkasus news selalu melakukan monitoring, salah satu mobil pickup hampir setiap hari membuang sampah di TPA (Tempat pembuangan akhir), di kejapanan, tidak main-main satu pickup penuh,
Dari desa legupit, dan tim media jejakkasusnews konfirmasi melalui handphonenya, kades (syaiful bahri) kenapa hampir setiap hari ada kiriman sampah dari dusun legupit, ini membuang sampah di TPA kejapanan?, Jawabnya kades syaiful mengejutkan, “saya tidak tau mas, nanti saya tanyakan kepada orang-orang yang menjaga di TPA” ungkap Syaiful bahri, dan yang menjadi pertanyaan kali ini? Tidak tau apa pura-pura tidak tau, karena kendaraan yang membuang sampah dari legupit ke TPA tersebut melewati halaman rumahnya,
Selang sehari tim media jejakkasusnews menanyakan kembali kepada kades Syaiful bahri terkait buangan sampah dari desa lain, “iya mas buang kesitu/TPA kita, karena untuk menutup biaya operasional” begitu ungkap kades syaiful bahri, jawaban yang tidak masuk di akal, dan tidak dapat menjaga harkat dan martabat desanya sendiri, seakan-akan warga Kejapanan tidak mampu untuk membayar biaya operasional sampah yang ada di TPA, padahal warga di margorukun dusun meli’an setiap bulan membayar sampah Rp. 20.000,- per KK tinggal ngalikan berapa KK, belum dusun yang lain dan pasar, kemana larinya uang tersebut? dan siapa yang harus bertanggung jawab, selama dekade ini bangunan yang ada di desa kejapanan juga tidak tampak signifikan, muda-mudahan terselenggaranya pilkades serentak di bulan November nanti warga kejapanan lebih bijak, dapat memilih pemimpin yang lebih baik, agar Desa Kejapanan yang kita cintai ini bisa lebih maju dan dapat bersaing dengan desa-desa yang lain. Tim media jejakkasus terus menulusuri hingga tuntas, serta mengangkat berita berdasarkan fakta. (Ron/Tim). Bersambung…..
Komentar