Konsel – AKP. Henry Raviles S.Si yang saat ini menjabat sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, dirinya mengawali karir sebagai Bintara pada tahun 1991 dengan pendidikan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Batua dan di Lantik pada tahun 1992.
Perwira dengan pangkat 3 balok dipundaknya itu, sudah pernah ditugaskan diberbagai tempat. Di kalangan kepolisian, Henri Raviles dikenal sebagai sosok yang disiplin dan Sederhana.
Usai dinyatakan lolos sebagai polisi,Henry lalu di tugaskan di Polda Sul-Sel dengan penempatan sebagai fungsional Direktorat Reserse. Kemudian ditugaskan di Satlantas Polresta Kendari sebagai Operator SIM.
Saat ditemui di ruang kerjanya saat ini, Henry Raviles menceritakan perjalanan hidup dan pengalamannya saat masih dibangku sekolah di SMA N 4 Kendari. Sampai menjadi seorang perwira polisi.
AKP. Henry Raviles lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 8 Agustus 1971. Dia kini tinggal di Kelurahan Woitombo,Kecamatan Mowewe, Kabupaten Koltim, bersama istri dan empat putra- putrinya. Perjalanan hidupnya hingga titik seperti saat ini ternyata tak datang begitu saja. Henry Raviles harus rela berpisah dengan kedua orangtuanya saat melanjutkan bangku sekolah di SMP N 2 Kendari.
Selama sekolah SD hingga SMA, Henry rupanya mampu menunjukkan prestasi melalui lomba yang di ikuti ya di Kejurnas Yunior di Jakarta pada tahun 1988 dan Porda Ke 7 di Kolaka dari cabang atletik lari 800 meter.
Ketekunannya di bidang atlet, membentuk Hendry sebagai seorang pria yang kekar dan memiliki postur tubuh yang berisi . Henry juga mengaku keluarga sangat berperan di balik kesuksesan yang ia raih sekarang. Orang tuanya selalu menekankan disiplin dan terus bekerja keras.
Hal-hal tersebut membuatnya menjadi sosok Henry seperti saat ini. Henry yang dikenal sebagai sosok seorang yang sangat ramah dan sederhana, mengantarkan keberhasilannya.
Diceritakan Henry, saat masih kecil Henry rupanya bercita-cita sebagai sopir truk, karena saat masih di Surabaya, Henry senang melihat postur tubuh sopir truk yang begitu berisi.
Namun cita- cita Henry kembali berubah, saat Henry melihat para pilot yang sementara berlatih di Surabaya, dan Henry lalu menginginkan untuk menjadi pilot pesawat tempur.
Setelah di surabaya, pada tahun 1982 Henry bersama kedua orangtuanya Alm. Tomy Prana dan Ibu Sumanti lalu menuju Ke Kota Kendari mengadu nasib.
Usai tiba di Kendari, Alm Ayah Henry membangun rumah yang kebetulan berdekatan dengan stadion lakidende, Karena berdekatan dengan stadion lakidende saat itu, lalu Henry tertarik untuk bergabung sebagai cabang atletik lari sampai di bangku SMA .
Karena berkat ketekunannya sebagai atletik lari, Henry lalu mewakili sekolahnya untuk mengikuti Kejurnas Yunior di Jakarta pada tahun 88 dan Porda Ke 7 di Kolaka dari cabang atletik lari 800 meter.
Saat masih dibangku SMA N 4 Kendari, Disore hari itu, Saat Henry bersama teman- teman sedang bermain bola di Jalan Melati belakang GMT Kendari, tiba- tiba ada seorang polisi yang memangil Henry , bapak tersebut bernama Gafar merupakan seorang polisi yang sementara tugas di Polwil.
Menerima panggilan itu, Henry lalu ditawarkan untuk ikut mendaftarkan dirinya di kesatuan Kepolisian, yang saat itu kebetulan pak Gafar sebagai panitia parade.
Tertarik dengan tawaran itu, pada Senin harinya, Henry langsung ke Polwil untuk mendaftarkan diri, saat mendaftar Henry masih menggunakan seragam sekolah, setelah sampai di Polwil kemudian ketemulah dengan pak Gafar lalu Henry diarahkan untuk mengambil nomor tes peserta, karena syarat untuk mendapatkan nomor harus mencukupi ketinggian yang sudah ditentukan.
Saat Henry akan mengukur ketinggian badannya , tiba-tiba Henry dibentak oleh petugas panitia yang membidangi itu dan menyuruh Henry untuk keluar. Dengan alasan karena ketinggian badan Henry belum mencukupi meski tanpa diukur terlebih dahulu.
Usai mendengarkan bentahan itu, henry kemudian keluar, saat bergegas pulang bertepatan dekat aula Polwil Henry akhirny kembali dipertemukan oleh malaikat yang begitu mau membantu tanpa mengenal identitas Henry, sebut saja pak Gafar. Gafar bertanya mana nomor tes saya, kemudian saya sampaikan katanya saya Ndak boleh ambil nomor tes karena ketinggian saya tidak mencukupi padahal belum dilakukan pengukuran.
Mendengar itu, kemudia pak Gafar membawa Henry diruang pendaftaran untuk melakukan pengukuran , saat Henry di ukur ketinggian ternyata melebihi dari syarat ketinggian. Hingga akhirnya Henry mendapatkan nomor pendaftaran dan mengikuti tahapan selanjutnya.
Selama masa mengikuti tes, Henry mengaku tidak memberikan informasi kepada orangtuany, yang saat itu berada di Maluku Utara hingga akhirnya lulus sebagai polisi barulah henry mengabarkan kepada orang tuanya. (Edi).
Ketgam : Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Lainea, Kabupaten Konawe Selatan,AKP. Henry Raviles S.Si
Ketgam : AKP. Henry Raviles S.Si saat bersama sosok perempuan yang ia cintai, Sudarni Geno,S.Km.Mkes
Ketgam : Istri Henry Bersama Putrinya Qiana dan lusi natasia
Ketgam : Henry saat masih muda
Komentar