BANYUWANGI – JKN.
Minggu, 20/01/19. Deru suara besi beradu dari sebuah gubuk kecil terdengar keras dari kejauhan.
Semakin mendekat, tiga orang terlihat bergelut dengan panasnya bara dan baja yang masih berpijar dan berwarna merah menyala.
Tiga orang tersebut adalah Nurhadi (50) dan Misramdan(32) serta Sugiyanto (26) pandai besi dari Dusun krajan Desa Tampo Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi
Usai plat baja dipanaskan menggunkan bara dari arang kayu jati, kemudian dibentuk menyerupai sabit dengan cara dipukul menggunkan dua buah palu berukuran sedang.
Walaupun terbilang pekerjaan berat namun keduanya sudah melakoni pekerjaan menjadi pandai besi hampir 25 tahun.
Dan pekerjaan tersebut menjadi satu-satunya mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Diterangkan Nurhadi ia sanggup menjual sekitar 40 sabit dan Buding setiap harinya dan dibawa ke beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Banyuwangi.
“Sebenarnya lumayan permintaan alat pertanian seperti sabit dan buding tidak pernah menurun, namun kendala kami di bahan pembuatan yaitu plat baja,” ujarnya, Sabtu (19/1/2019).
Ditambahkannya untuk mencari plat baja ia bersama sang istri harus pergi ke Rogojampi
“Sampai wonosobo, perkilogramnya sekarang mencapai Rp 13 ribu kalau beberapa bulan lalu masih di kisaran Rp 17 ribu,” paparnya.
Sementara itu Nurhadi menerangkan selain bahan baku untuk menjalankan usahanya ia membutuhkan arang jati yang kian lama kian sulit dicari.
“Arang jati sangat susah, kami mencari masih di daerah Sumberjambe kalaupun ada paling hanya 70 perkarung, jadi ya harus terus mencari sampai ke daerah daerah,” imbuhnya.
Adapun untuk harga sabit Nurhadi mematok harga Rp 50 ribu perbiji dan boding di kisaran Rp 60 ribu perbiji
“Kami satu di antara 4 pandai besi yang ada di Dusun Krajan tampo rata-rata kesulitan mencari bahan baku dan arang untuk pembakaran,” kata Nurhadi
( IKHSAN )
Komentar