BANYUWANGI, JKN – Satu keluarga asal Banyuwangi merasakan langsung Gempa dan Tsunami di Palu. Adalah keluarga Muhammad Septian, (32), warga asal Jl. Kepodang, Kelurahan Pakis, Banyuwangi. Yayuk Murtini, (30), istri Septian, sempat terpisah dengan anak perempuannya yang masih balita, Safia, (4). Kini Septian membawa istri dan dua anaknya pulang ke Banyuwangi untuk memulihkan trauma.
Septian bersama istri dan dua anaknya tiba di Banyuwangi Selasa (2/10/18) siang. Dia disambut keluarga besarnya di Bandara Banyuwangi. Isak tangis mewarnai pertemuan Septian dan keluarganya. Karena tak mampu menahan haru, Yayuk Murtini yang sedang hamil muda pingsan di pintu keluar Bandara. Setelah mendapatkan pertolongan dari petugas kesehatan bandara, Yayuk Murtini sadar dan langsung pulang.
Menurut Septian, saat peristiwa gempa terjadi, dirinya sedang menjalani diklat di Jakarta. Kebetulan Septian adalah pegawai bea cukai. Dia tinggal di rumah dinas Bea Cukai di Desa Pantoloan, Kecamatan Baya, Palu Utara.
Berdasarkan cerita istrinya, terjadi gempa, istrinya dan dua anaknya, Davin, (7) dan Safia. Ketika itu istrinya segera menyuruh Davin untuk lari keluar rumah. Sementara Yayuk Murtini menggendong Safia. Saking kerasnya goncangan gempa, Davin saat itu tak bisa berlari. “Anak saya bahkan terpaksa merangkak agar bisa ke tempat yang lebih aman,” ujarnya ditemui di Bandara Banyuwangi.
Saat itulah ada orang yang membantu menggendong Safia. Dalam kondisi panik, istrinya langsung menyerahkan Safia kepasa orang yang tak dikenal itu. Selanjutnya, Yayuk Murtini terus berlari menggandeng Davin. Istrinya terus berlari bersama anak pertamanya meski sedang hamil muda. Ketika sedang berlari ada orang membawa mobil yang mengajak Yayuk Murtini dan Davin naik. Saat di dalam mobil itulah istrinya baru menyadari telah terpisah dengan anak keduanya, Safia.
Meski dalam keadaan bingung, istrinya terus berusaha mencari Safia. Hingga malam, Safia belum ditemukan, bahkan ditempat evakuasi awal juga tidak ditemukan. Yayuk Murtini baru bertemu dengan Safia shubuh. “Ketemunya di tempat evakuasi, saat itu belum ada tenda pengungsian,” ungkapnya.
Setelah itu, istrinya dibawa ke Balikpapan dengan Kapal milik Bea Cukai. Baru di sanalah Septian bertemu dengan istrinya. Sampai akhirnya dia memutuskankan untuk membawa anak dan istrinya pulang ke Banyuwangi. “Kami masih trauma berada di sana, soalnya, gempa susulan terus terjadi,” katanya lagi.
Septian sendiri mengaku hanya beberapa hari di Banyuwangi. Pria yang sudah tinggal selama 8 tahun di Palu Utara ini segera kembali ke Palu untuk menjadi relawan di sana. Dia menyebut, meski tempat tinggalnya hanya berjarak sekitar 150 meter dari pantai, namun kerusakan tidak terlalu parah. Sebab kota Palu Utara tidak terkena Tsunami secara langsung. Tapi hanya terkena imbas Tsunami saja. “Yang paling parah itu kota palu,” tandasnya. (Ted)
Komentar