SIDOARJO, JKN – Warga asing penghuni rumah susun (Rusun) Puspa Agro menolak kedatangan warga asing lain yang hendak ditempatkan di sana. Akibatnya nasib 64 orang warga asing yang hendak dipindah dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya di Bangil ke Rusun Puspa Agro pun terkatung-katung.
“Sampai saat ini masih dilakukan perundingan dengan semua pihak terkait di Rusun Puspa Agro terkait persoalan itu,” kata Indra, Kepala Registrasi Rudenim Surabaya di Bangil kepada Surya, Jumat (24/8/2018) sore.
Di Rusun Puspa Agro, terhitung ada sekitar 340 orang imigran yang tinggal di sana. Mereka rata-rata berasal dari berbagai negara yang sedang konflik dan sudah lebih dari lima tahun tinggal di Rusun ini.
Mendengar ada bakal ada 64 orang warga asing hendak ditempatkan di Rusun tersebut, para warga asing penghuni lama itu melakukan penolakan. Sejak Kamis hingga Jumat, penolakan itu terus berlangsung, sehingga 64 warga asing yang sudah dibawa ke tempat inipun belum bisa masuk.
Penolakan terhadap 64 orang tersebut dilakukan lantaran sejumlah penghuni merasa kamar yang akan ditempati sudah sesak. Beberapa kali negosiasi dilakukan, mereka tetap kekeh menolak.
Di sisi lain, 64 warga asing yang sudah terlanjur dibawa ke rusun ini juga menolak dibawa kembali ke Rudenim Surabaya di Bangil. Meski barang-barang mereka sudah dibawa balik, mereka memilih bertahan meski belum bisa masuk ke rusun.
Sebanyak 64 orang itu diketahui merupakan imigran dari negara Afghanistan, Sudan, Ethiopia, Srilangka, Syiria, Myanmar dan Pakistan.
Selama proses pemindahan itu, terlihat puluhan personil polisi dari Polsek Taman dan Sabhara Polresta Sidoarjo terus melakukan pengamanan. Petugas terus berjaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa warga asing penghuni Rusun Puspa Agro mengaku menolak kedatangan penghuni baru ini lantaran tempat yang mereka tinggali sudah sesak.
Seperti yang disampaikan Ali Muhammadi, pengungsi asal Afganistan yang mengaku bahwa selama ini dirinya dan para pengungsi lainnya sudah menempati kamar dengan dua orang penghuni.
“Kamar yang kita huni berdua ini sudah sempit. Jika ditambah satu orang baru lagi maka menambahkan masalah baru. Tidur, makan pasti susah,” ujar pria 34 tahun itu.
Demikian halnya disampaikan Khalilullah (24) juga asal negara Afganistan. Selama ini dia dan rekan-rekannya mengaku menginginkan kepastian dari pihak terkait. Utamanya tentang keberangkatan ke negara ketiga yang sempat dijanjikan.
“Janji untuk pemindahan ke negara ketiga juga tak kunjung terealisasi,” keluh pria yang sudah 6 tahun terluntang-lantung di Indonesia hingga akhirnya tinggal di rusun Jemundo tersebut.(bag)
Komentar