Berita sidikkasus.co.id
BALI – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menyiapkan program data komputasi kelautan di Indonesia. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyebutkan untuk membangun program tersebut, pihaknya sedang mempercepat program pembuatan 19 konstelasi satelit penginderaan jauh yang terdiri dari setidaknya 4 sensor optik, 4 lainnya dengan radar bukaan sintetis dan sisanya satelit Internet of Things (IoT).
“Pada dasarnya, kita mengandalkan data, sebelum kita dapat melangkah lebih jauh untuk memproses data dan mendapatkan informasi. BRIN mengembangkan model bisnis untuk melibatkan sektor swasta dan juga untuk menarik sumber pendanaan campuran. Setidaknya untuk investasi awal dan nantinya juga untuk pemeliharaan dan operasional,” jelas Handoko pada Show Case: Local Champions for Ocean Protection pada The Blue Innovation Solution (BIS) Conference yang diselenggarakan di Bali International Convention Center, The Westin, Nusa Dua, Senin (5/12).
Dikatakan Handoko, BRIN sangat mendorong lebih banyak keterlibatan global dan kolaborator global, untuk mewujudkan program tersebut. Menurutnya, tidak ada batasan baik di udara, laut, dan atmosfer dalam membangun kolaborasi sehingga kerja sama global merupakan suatu keharusan. “BRIN mengundang semua pihak yang hadir di sini untuk bergabung dalam program peningkatan kapasitas terkait dengan perlindungan dan pemanfaatan laut dalam waktu dekat,” ajak Handoko.
Dia juga menyampaikan BRIN sangat mendorong pengembangan model bisnis, dalam mengembangkan basis data dan basis pengetahuan baru yang muncul di masa depan. Sehingga dapat menumbuhkan perekonomi dan mata pencaharian bagi masyarakat dan komunitas. “The Blue Innovation Solution (BIS) ini diselenggarakan untuk memaksimalkan kekuatan kita seperti dalam hal blue economy, climate change, and suistainability,” katanya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan dalam pembukaan acara tersebut mengatakan, Archipelagic and Island State (AIS) Forum bukan hanya kerja sama antar pemerintah. Forum ini juga mempromosikan kolaborasi antara pelaku start-up, bisnis, usaha kecil dan menengah, lembaga akademik dan penelitian, organisasi berbasis masyarakat, perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
AIS Forum adalah platform yang dirancang untuk mengikutsertakan negara pulau dan kepulauan terlepas dari wilayah, ukuran, dan tingkat pembangunannya. Sebuah inisiatif global yang menyatukan 47 negara kepulauan untuk mengambil bagian dalam forum kolektif yang mengatasi tantangan pemanfaatan sumber daya laut untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, ketahanan terhadap perubahan iklim, polusi laut, manajemen darurat, dan peningkatan perikanan berkelanjutan. “Di konferensi ini saatnya kita menunjukkan praktik dan pelajaran terbaik, untuk saling belajar mengenai laut dan sekitarnya,” ujar Luhut.
Menko Luhut juga menekankan kerja sama ini penting untuk semua negara dan masyarakat pulau dan kepulauan. AIS Forum harus mampu menjangkau lebih banyak penerima manfaat dan menjalin kemitraan yang lebih strategis.
Pertemuan keempat Tingkat Menteri Forum Negara Pulau dan Kepulauan ini dilaksanakan setelah sehari sebelumnya diadakan pertemuan keenam Pejabat Senior AIS Forum 2022. Hadir dalam kegiatan ini 21 negara, 5 menteri, 60 delegasi, dan 2 organisasi internasional. (igp, gws)
Komentar